Seorang anak kecil dengan mata berbinar dan wajah mungil yang bersemangat, membangunkan ayahnya pada sebuah hari Minggu, sambil berkata, "Papa, sudah hampir waktunya sekolah Minggu. Ayo bangun antarkan saya! Saya mau mendengar cerita tentang Tuhan Yesus yang sangat mengasihi manusia. Kata Ibu guruku di sekolah, karena begitu kasihNya, Ia mau mati bagi kita. Ayo papa, kita berangkat!". "Oh tidak!" kata sang papa. "Jangan hari ini Nak, Papa capek bekerja sepanjang minggu. Papa ingin santai dan beristirahat sambil memancing di danau. Jadi, jangan ganggu Papa. Kita akan ke gereja di waktu yang lain".
Bulan dan tahun terus berganti tetapi si Papa tidak pernah lagi mendengar permohonan, "Ayo Papa, kita ke sekolah Minggu!"
Masa kanak-kanak si gadis telah berlalu. Dan sang Papa sudah menjadi tua. Sampai kemudian ia merasakan kebutuhan untuk pergi ke gereja. Tetapi ketika mengajak putrinya, jawaban putrinya cukup melukai hatinya. "Oh maaf Papa, jangan hari ini! Semalam saya bergadang sampai pagi. Saya perlu tidur sekarang. Apakah Papa tidak melihat penampilanku yang kusut ini?? Lain waktu saja Papa."
Mendengar itu, sang Papa mengangkat tangannya yang bergetar, untuk menghapus air matanya. Sekali lagi ia teringat wajah seorang gadis kecil yang dengan bersemangat berkata " Papa, sudah hampir waktunya sekolah minggu! Ayo Papa kita berangkat!"
Apakah sang ayah dalam cerita di atas adalah gambaran dari diri anda yang berpendapat bahwa hari Minggu adalah hari istirahat dan menikmati kesenangan dengan berkebun, memancing, piknik keluar kota, menata rumah, bermalas-malasan seharian, dan berbagai bentuk kesenangan lainnya?
Apakah bagi anda mengantar anak ke Sekolah Minggu adalah kegiatan yang melelahkan, membuang-buang waktu dan merusak kesempatan beristirahat dan bersantai anda?
Ingatlah waktu akan berlalu dengan demikian cepat. Ada saat di mana anak anda mampu untuk menentukan langkahnya sendiri, dan tidak membutuhkan tuntunan tangan anda. Ada saat di mana ia juga punya hak memilih dan menentukan. Dan jangan terkejut jikalau suatu saat ia berpendapat sama dengan anda saat ini, bahwa gereja adalah pilihan bukan kewajiban. Bahwa hubungan dengan Tuhan adalah pilihan yang dapat disejajarkan dengan karier, jabatan, kekuasaan dan pasangan hidup. Bahwa Yesus Kristus bukanlah satu-satunya Juru Selamat baginya.
Pada saat ia menentukan pilihan dan dan menetapkannya, air mata andapun akan sulit merubahnya kembali.Renungkan pertanyaan ini, "Sudahkan anda menyiapkan diri untuk membawa anak anda atau pergi bersama-sama dengannya ke gereja?"